Selasa, 12 April 2016

Seminggu makan Mie Ongklok

Mie Ongklok, hidangan istimewa sehat dan murah ini akan kita jumpai saat memasuki udara dingin Wonosobo. Ini menu wajib kalau saya kebetulan singgah di kota di lereng gunung sindoro sumbing. Tidak ke Wonosobo kalau tidak makan Mie Ongklok, kira kira begitulah slogannya hehehehhe.

Apa sih Mie Ongklok ?
Mie ongklok adalah mie kuning rebus yang dilengkapi dengan berbagai sayuran seperti kol dan potongan daun kucai. Yang membedakan dengan mie rebus lainnya karena mie ongklok menggunakan kuah yang kental berkanji yang disebut loh. Kuah atau loh ini berasal dari pati yang dicampur gula jawa, ebi, serta rempah. 

Diberi nama mie ongklok karena menggunakan alat Ongklok untuk membantu merebus mie ini. Ongklok adalah semacam keranjang kecil yang dipakai untuk membantu perebusan mie. Penggunaan alat ongklok  khas wonosobo sehingga diberikanlah nama mie rebus ini menjadi mie ongklok, ini kata beberapa penjual yang sempat saya ajak ngobrol sembari menikmati lezatnya mie ongklok.

Awal kali saya merasakan mie ongklok saat melintasi Wonosobo dalam perjalanan keliling tilik radio komunitas di Jawa Tengah. Dan menjadi menjadi semacam kewajiban kalau ke wonosobo ya malam mie ongklok. 

Seminggu dengan Mie Ongklok
Akhir Nopember 2015, saya mendapat kesempatan dari Pemkab Wonosobo dan Infest Jogja untuk menemani Sekretaris Desa dan Relawan Pencerah Desa se Wonosobo belajar tentang Penyusunan RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) berbasis aset. Karena banyaknya desa, maka pelatihan di bagi dalam 3 (tiga) angkatan, dimana setiap angkatan ada 3 kelas dengan 6 fasilitator. 

Malam pertama di Wonosobo setelah pelatihan, saya bersama Suci Yogya, Mas Bintang Kebumen, Mas Muiz Jogja dan Cak Sadad Jombang menikmati Mie Ongklok dipinggir jalan dekat sri ratu. Mungkin karena saking laparnya Geblek (seperti Aci yang di goreng), Tempe Kemul dan Sate di meja kami habis, sehingga harus menjarah ke meja yang lain. Jamaah konsumen mie ongklok malam itu terpuaskan, sambil sedikit merefleksikan pelatihan hari pertama. Sayangnya fandi tidak gabung makan mie ongklok karena sedang asyik menyiapkan materi untuk hari kedua, sehingga fandi malam itu cukup makan di angkringan sebagaimana kebiasaan di jogja. mungkin fandi tetap ingin merasakan suasana di jogja walau sedang di wonosobo hehehe. Makasih ya mas muiz, yang traktir kami semua heheh

Malam kedua, 5 anggota Tim Fasilitator angkatan 1 pulang dan berganti dengan yang Tim yang kedua, saya ditinggalkan sendirian di Wonosobo hik hik hik. Malam itu makan sendirian.................. aduhhhhh gak asyik makan sendirian ya hik hik hik. Dari hotel Kresna saya jalan kaki menuju alun alun, sampai di dekat alun alun bingung mau pilih makanan apa, ah gak mau mikir lama mau makan apa, pas di pinggir alun alun ada gerobak mie ongklok yang sedang melayani 1 orang pembeli, duduklah aku di kursi plastik itu sambil pesen mie ongklok. lumayan deh ada temen makan sambil ngobrol dengan mase yang jual mie. Sukses makan mie ongklok yang harganya cuma 5 ribu coyyyy, pulang ke hotel sambil, tak lupa beli tempe kemul jaga jaga kalau kelaparan di malam nanti hehehe.

Malam ketiga, dengan mbak Arum dan Mbak Suci Solo kami berjalan ke arah alun alun. Mbak dewi dan mbk titik solo tidak bersama kami karena ada ketemuan dengan temen temen LPTP di wonosobo. Mbak Suci penasaran dengan mie ongklok, maka kami bersepakat makan mie ongklok di depan alun alun. eh ada cerita menarik sekaligus menyebalkan lho,,,,,,. Saat kami makan ada dua orang yang di belakang kami, salah satunya makan mie ongklok. Tak lama kemudian mangkok itu ditaruh di dekat taman dan tidak ada lagi orang yang tadi makan, bapak yang jual mie ongklok kaget dan mencari cari yang makan tadi yang ternyata belum bayar. Kami bertiga kaget kok ada orang yang tegas ya enggak bayar mie ongklok, padahal murah lho. si bapak keliling terus mencari dan tetap tidak ditemukan siapa yang makan dan tidak bayar tadi. Saat ngobrol dengan bapaknya, ternyata ini bukan yang pertama, katanya dulu ada 8 orang yang makan dan pergi tanpa bayar, tega ya. ehhh pemirsa bapaknya ini sudah jualan mie ongklok sejak 27 tahun yang lalu lho. Kata bapaknya, rejeki sudah ada yang mengatur, suka duka jual mie ongklok sudah dijalani dengan ikhlas. Mbak suci yang iba dengan bapak penjual mie ongklok, selain bayarin 3 mie ongklok yang kami makan, juga bayarin yang di makan orang tak dikenal tadi. makasih mbak suci dah traktir kami..... walau mbak suci kurang begitu suka dengan mie ongklok hehehe

Malam ke empat, saya sudah merencanakan makan dengan mbak arum, eh tiba tiba mas budi datang dengan mas hasan wonosobo, kami ditraktir makan mie ongklok lagi. walau warung yang ini agak lebih keren di banding sebelumnya, tapi tetep saja enaknya mie ongklok sama sama maknyussnya. Malam kelima, atau malam terakhir di wonosobo, akhirnya aku putuskan untuk menyelesaikan perjalanan di wonosobo dengan mie ongklok lagi, sehingga tiada malam tanpa mie ongklok menjadi taglinenya wkwkwkk.

Wonosobo itu mie ongklok, dan mie ongklok itu wonosobo. awas kalau aku ke wonosobo lagi, tak ongklok ongklok mie nya





Tidak ada komentar:

Mengenal Media Komunitas

Mengenal Media Komunitas Oleh: Sinam M Sutarno “ setiap orang  berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi d...