Kamis, 29 Desember 2011

Selamat Jalan Paimin

Kehadiran letusan merapi yang seharusnya mendapat perhatian yang penuh oleh semua pihak, terutama pemerintah ternyata tidak pada kenyataannya. Bukan mendaramatisir situasi, tapi sungguh hari ini adalag hari yang sangat membuat hati saya terpukul, marah, berontak, dan KUDU MISUH...............

Siang jam 14.11 terdengar oleh saya dan kawan kawan di POSKO Jalin Merapi, Dukun Magelang informasi dari radio komunikasi kompak yang menyatakan ada warga Stabelan, Tlogolele, Selo, Boyolali yang meninggal di RSUD MUntilan yang bernama PAIMIN anak dari pak Karto dan bu Sapari. sebagai sesama warga lereng merapi, kemudian saya bergegas menuju rumah sakit diantar oleh Pandu salah satu relawan Jalin Merapi.

Sesampai di sana saya melihat ada orang tua yang tampak lelah dan gundah sedang dinasehati oleh salah satu relawan, saya coba memastikan apakah ini adalah keluarga almarhum? dan ternyata benar, yang dihadapan saya adalah pak Kartokarno ayah dari Paimin. saya ulurkan tangan dan lalu saya perkenalkan diri sebagai sesama warga selo warga lereng merapi kemudian kuberabikan untuk bertanya tentang paimin, lantas lelaki sepuh ini mengantarkan ke salah satu ruag di UGD RSU Muntilan. Hati sontak kaget melihat jasad kecil terbujur, lalu saya buka kain penutup muka yang kemudian terlihat wajahnya yang ganteng namun meninggal. selanjutnya kuusapkan tangan ku dari atas mukanya untuk memejamkan matanya.

Setelah aku tutup lagi dan aku dekati pak karto yang sangat kelihatan terpukul. Kemudian saya tanyakan penyakit apa yang diderita PAIMIN, sehinga dia meninggal dunia di usianya yang masing 4,5 th. Dengan lugas pak karto menjawab "PAIMIN sakit watuk mas", kemudian dia melanjutkan bahwa sebelumnya dia berada di TPS (Tempat Penampungan Sementara) Bencana Merapi di Tlogo Mulyo, "wau jam songo dugi mriki mas, namung jam kalih PAIMIN sampun mboten wonten" begitu ungkapnya lirih kepada saya. dalam hati saya merasakan betapa bapak ini sangat kuat menemani sendiri anak kesayangannya yang sudah tidak bernyawa lagi. Setelah itu saya bertanya dimana ibu? lalu beliau menjawab ibu ada di depan, kemudian saya diantar menemui ibu ibi di teras RSU Muntilan, air matanya yang terus mengalir dan isak tangisnya begitu dalam, seakan dia tidak percaya anaknya sudah meninggal saat merapi habis meletus. Saya hanya mengatakan "sabar nggih bu, sedoyo sampun kersanipun Gusti" walaupun hati juga bertanya kenapa PAIMIN yang mungil dan ganteng itu harus meninggal?

Saya bergegas menemui petugas tentang bagaimana selanjutnya proses jenazah PAIMIN akan di bawa pulang ke Tlogolele. oleh petugas dijawab bahwa akan ada ambulan dari selo yang akan menjemputnya, saya coba menegosiasikan agar bisa diantar saja tanpa menunggu ambulan dari selo. tetapi rupaya memang sudah ada ambulan dari Selo yang akan menjemput.

Kurang lebih pukul 15.00 Ambulan Puskesmas Selo datang bersama tiga orang, mas aris (driver), Mbak endang (Bidan) dan MBak Win (Bidan). Tanpa berproses panjang kami bertiga kemudian seger mengurus adminsitrasi untuk proses kepulangan Jenazah PAIMIN.

Diatas bangku beroda jenazah paimin mendekat ke ambulan yang sudah disiapkan di depan Pintu UGD RSU MUntilan. kemudian saya bopong jenazah paimin ke dalam Ambulan diikuti oleh pak karto dan bu sapari. kemudian saya bergegas untuk turun dan pamitan dengan pak karto, baru mulai melangkah saya merasa tidak tega meninggalkan kedua orang tua ini yang tiada henti menangis. akhirnya saya putuskan untuk turut serta dalam rombongan mengatarkan PAIMIN ke rumahnya di Stabelan.

Sepanjang perjalanan Muntilan Magelang- Tlogolele Boyolali, Ibu Sapari tidak hentinya menangis dan sesekali saya kuatkan dengan sedikit ungkapan. pak karto dengan begitu rasa sayangnya menemani jenazah PAIMIN di pembaringan sambil memegangi tubuh mungilanya yang tergoyang goyang oleh kondisi jalan yang bergelombang. dalam perjalanan saya berharap bahwa nanti pak karto dan bu sapari akan mendapatkan nasehat dan tutur indah dari para pejabat dan petugas yang sedang berjaga jaga dengan kondisi merapi.

Sesampai di stabelan, ibu sapari dan pak karto turun dipapah oleh saudar saudar dan tetangga yang sudah menunggunya dirumah. kemudian jenazah saya bopong kembali menuju rumahnya setelah itu jazad terbaring di meja yang sudah disediakan oleh para tetangga. suasana berubah menjadi sangat haru ketika semua sanak saudara turut sedih dan menangisi kepergian PAIMIN.

Para tetangga dengan ramah menyapa kami bertiga (saya, mbak endang dan mbak win). tetapi tiba tiba hati saya bertanya, marah berontak.
Dimana ya pemerintah? ini warganya meninggal kok enggak ada yang disini selain pak bayan? kami saling pandang, lalu saya segera bergegas pamitan dengan pak karto dan bu sapari kemudian kami turun menuju mobil. saya bertanya kok begini ya mbak? pada kemana to mbak para petugas kebencanaan? lalu mbak endang dan mbak win menjawab " ya memang begini, ini saja inisiatif kita". " Wah yen ngene iki kudu misuh mbak" celetukku , lalu dengan sabar mbak endang bilang " Rasah misuh". tetapi hatiku tetap saja mulai panas dengan kondisi ini, kemudian kami menuju Balaidesa Tlogolele. sesampai disana mbak win dan mbak endang ke balaidesa, saya berdiri dipinggir jalan bersama dengan Aparat TNI dan beberapa warga yang sedang ngobrol di jalan. kami sempat ngobrol tentang kondisi merapi dan pengungsian yang cenderung kosong di beberapa tempat di selo dan kalau ada hanya lansia, ibu ibu dan anak anak.

Tak lama kemudian mbak win dan mbak endang keluar dari balaidesa, kemudian menuju mobil, namun diperempatan ketemu dengan Bidan yang lain yan tahu kondisi sakit PAIMIN. saya sedang ngobrol dengan warga lain dan saya ceritakan kalau ada yang depresi di magelang, lalu mbak bidan tadi bilang "lho PAIMIN kan Depresi juga". betapa kagetnya setelah mendengar ungkapan mbak bidan.

Jujur saya makin marah atas kondisi ini. itu artinya PAIMIN ini korban bencana merapi? kenapa paimin juga baru kerumah sakit tadi jam 9? bukankan kondisi PAIMIN sudah diketahui sejak dini? setelah meninggal kok begini juga? kemana pemerintah? saya sangat berharap kehadiran pemerintah bersama dengan petugas kebencanaan akan membantu mengurangi beban sedih pak karto dan bu saparini. ternyata pemerintah ABSEN LAGI.........................

Enggak sehat nya, enggak meninggalnya, pemerintah sama saja. Rakyat tetap sendiri. Pak Karto, Bu Sapari Ingkang Sabar Nggih............ Mugi Gusti Paring Panggenan ingkang sae kagem Paimin. Nderek Belo Sungkowo

(Sinam bersama dengan TIM Jalin Merapi)

Tidak ada komentar:

Mengenal Media Komunitas

Mengenal Media Komunitas Oleh: Sinam M Sutarno “ setiap orang  berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi d...